Disini aku masih menunggu, bulang Mei minggu ke 3, tepatnya ketika dia pergi meninggalkan bumi kota kelahirannya. Jam ku sudah menunjukan pukul 11.00, ohh tidak sebentar lagi ketika aku tak bergegas pergi, aku akan terlambat dan itu artinya bisa saja aku harus menunggu tepatnya bulan Mei yang akan datang.
Turun dari taxi yang ku naiki bersama abang supir yang ramah, aku segera berlari menuju Bandara, aku tugggu dia, laki-laki berbaju coklat yang tinngginya kira-kira 170 meter, itu saja yang ku ingat dan masih terbayang jelas ketika ia pergi dan menuliskan sebuah surat yang berisikan dia akan datang mengenakan baju coklat. Namun bukan hanya laki-laki berbaju coklat yang keluar dari Bandara saja yang ku amati, semua laki-laki ku perhatikan satu persatu, namun dari semua laki-laki bukan dia, bukan dia dan bukan DIA.
“pak, apa semua penumpang dari Singapore sudah cek out ?” Tanya ku pada seorang petugas Bandara
“ya non, semuanya sudah cek out, nona masih menunggu pria berbaju coklat itu ?” jawabnya dengan ramah
“iya pak, ya sudah kalau begitu terimakasih.”
“iya sama-sama nona cantik” kasihan sekali nona itu, sudah 3 kali bulan mei ia mencari seorang laki-laki berbaju coklat . gumam petugas bandara itu dalam hatinya.
Ya tepatnya 3 kali bulan Mei Neila menunggu, bolak-balik ke Bandara ketika sudah waktunya minggu ke 3, menunngu Yoga yang pergi meninggalkannya untuk meraih masa depan, dia melanjutkan pendidikannya di Singapore. Ketika pergi dia menitipkan sebuah surat yang berisikan ia akan datang kembali.
Ketika Yoga tidak datang pada akhir minggu ke 3, perasaan kecewa memang ada, ingin rasanya aku marah, kesal, seperti aku dipermainkan. Tulisan surat yang menjajikan ia akan datang apa hanya sebuah tulusin tak berarti, apa dia tulis tidak berdasarkan makna cinta. Tapi dengan ketulusan hati keputusanku akan menunngu Yoga sampai ia datang menyapaku kembali dengan senyumannya yang membuat kesempurnaan. Karena aku sangat mencintainya, dia adalah bagian dalam hidupku, walaupun kini ia jauh entah dimana tapi aku yakin dia akan datang.
Walaupun Yoga memang tidak pernah menyatakan cinta pada Neila, tapi kedekatan mereka sudah melebihi seorang teman atau sahabat, bahkan Neila merasa Yoga adalah ciptaan Tuhan untuk pendamping hidupnya. Sejak memutuskan melanjutkan pendidikan ke Singapore, awalnya Yoga masih sering mengabari Neila namun 1 tahun terakhir, dia tidak pernah mengabari Neila lagi.
Aku pergi ke tempat dimana bisa menenangkan hatiku, sebuah danau yang cantik tempat dimana aku sering bersama Yoga dulu, ketika aku rindupun aku selalu ada disana, tapi kini perasaan kecewaku entah kenapa begitu mendalam, aku telfon saja Kevin dia adalah sahabatku sekaligus juga sahabat Yoga.
“halo Kevin, bisakah kau menemaniku, aku benar-benar butuh seseorang ?”
“okeh cantik pasti kau sedang ada disana danau cantik kenanganmu bersama Yoga, aku akan segera kesana”
Kevin memang selalu baik padaku, selalu ada waktu pula buatku, sampai dia hafal betul tempat dimana jika aku sedang galau. Ditempat ini kursi yang sudang berwarna coklat tua, agak rapuh aku duduk memangdang kenangan seakan itu adalah nyata, ku pejamkan mata sejenak. Seperti ada sosok Yoga yang menemaniku duduk disampingku, memanjakanku, semuanya masih terasa begitu hangat, mengenang sebuah kenangan yang sangat dikenang.
Oh terasa ada tangan lembut yang menutupi mataku,
“hei ini siapa ?”
“coba tebak ?”
“YOGA !!”
tangan itu langsung terlepas dari mataku, tiba-tiba orang itu menampakan dirinya .
“Ah Kevin ku kira kamu Yoga ?”jawabku dengan rasa kesal, karena yang datang itu bukan Yoga.
“Ya ga mungkinlah, Yoga kan sudah bahagia di….” Tiba-tiba mulut Kevin berhenti berbicara.
“Bahagia dimana Kevin ? Ayo lanjutkan perkataanmu tadi ! apa maksudmu berkata begitu ?” Deretan pertanyaaan terlontar dari mulutku.
Kevin hanya terdiam.
“Jawab Kevin, jawab, jawab !!” Aku terus mengoceh sambil mengrengek meminta Kevin agar menjelaskan perkataan itu.
“Maksud aku, lupakan sajalah Yoga barangkali dia sudah bahagia disana, dia sendiri juga tak pernah mengabarimu lagi bukan ?”
“Apa maksudmu Kevin, dia janji akan datang padaku, dia tak mungkin berkhianat, dia cowok dewasa yang ga bodoh, pasti semua perkataannya bisa dia pertanggungjawabkan.”
“Neila liatlah disini banyak orang yang menyayangimu, buat apa kau menunggu seseorang yang tak pasti ?“ Bentak Kevin tiba-tiba
Bentakan Kevin membuatku sangat emosi, kenapa dia bisa seperti itu, rasanya dia sangat tidak suka aku menunggu Yoga, aku tau Kevin memang suka padaku, tapi sebelumnya dia tak pernah seperti ini.
Dari tasnya Kevin menyodorkan salah satu benda seperti kertas berbentuk kotak cantik, berwarna coklat dibalut dengan pita pink, layaknya seperti undangan pernikahan saja . sangat cantik, warna coklatnya begitu manis, tambah mengingatkanku pada Yoga, tapi hatiku seperti menolak untuk melihat benda cantik itu.
“Apa itu Kevin ?” tanyaku penasaran
namun Kevin tidak berkata apa-apa hanya menyodorkannya saja kepadaku, lalu ku ambil.
tertuliskan sebuah nama di depan benda cantik itu, tak asing lagi bagiku . Tepatnya di dekat pita berwarna pink.
Turun dari taxi yang ku naiki bersama abang supir yang ramah, aku segera berlari menuju Bandara, aku tugggu dia, laki-laki berbaju coklat yang tinngginya kira-kira 170 meter, itu saja yang ku ingat dan masih terbayang jelas ketika ia pergi dan menuliskan sebuah surat yang berisikan dia akan datang mengenakan baju coklat. Namun bukan hanya laki-laki berbaju coklat yang keluar dari Bandara saja yang ku amati, semua laki-laki ku perhatikan satu persatu, namun dari semua laki-laki bukan dia, bukan dia dan bukan DIA.
“pak, apa semua penumpang dari Singapore sudah cek out ?” Tanya ku pada seorang petugas Bandara
“ya non, semuanya sudah cek out, nona masih menunggu pria berbaju coklat itu ?” jawabnya dengan ramah
“iya pak, ya sudah kalau begitu terimakasih.”
“iya sama-sama nona cantik” kasihan sekali nona itu, sudah 3 kali bulan mei ia mencari seorang laki-laki berbaju coklat . gumam petugas bandara itu dalam hatinya.
Ya tepatnya 3 kali bulan Mei Neila menunggu, bolak-balik ke Bandara ketika sudah waktunya minggu ke 3, menunngu Yoga yang pergi meninggalkannya untuk meraih masa depan, dia melanjutkan pendidikannya di Singapore. Ketika pergi dia menitipkan sebuah surat yang berisikan ia akan datang kembali.
Ketika Yoga tidak datang pada akhir minggu ke 3, perasaan kecewa memang ada, ingin rasanya aku marah, kesal, seperti aku dipermainkan. Tulisan surat yang menjajikan ia akan datang apa hanya sebuah tulusin tak berarti, apa dia tulis tidak berdasarkan makna cinta. Tapi dengan ketulusan hati keputusanku akan menunngu Yoga sampai ia datang menyapaku kembali dengan senyumannya yang membuat kesempurnaan. Karena aku sangat mencintainya, dia adalah bagian dalam hidupku, walaupun kini ia jauh entah dimana tapi aku yakin dia akan datang.
Walaupun Yoga memang tidak pernah menyatakan cinta pada Neila, tapi kedekatan mereka sudah melebihi seorang teman atau sahabat, bahkan Neila merasa Yoga adalah ciptaan Tuhan untuk pendamping hidupnya. Sejak memutuskan melanjutkan pendidikan ke Singapore, awalnya Yoga masih sering mengabari Neila namun 1 tahun terakhir, dia tidak pernah mengabari Neila lagi.
Aku pergi ke tempat dimana bisa menenangkan hatiku, sebuah danau yang cantik tempat dimana aku sering bersama Yoga dulu, ketika aku rindupun aku selalu ada disana, tapi kini perasaan kecewaku entah kenapa begitu mendalam, aku telfon saja Kevin dia adalah sahabatku sekaligus juga sahabat Yoga.
“halo Kevin, bisakah kau menemaniku, aku benar-benar butuh seseorang ?”
“okeh cantik pasti kau sedang ada disana danau cantik kenanganmu bersama Yoga, aku akan segera kesana”
Kevin memang selalu baik padaku, selalu ada waktu pula buatku, sampai dia hafal betul tempat dimana jika aku sedang galau. Ditempat ini kursi yang sudang berwarna coklat tua, agak rapuh aku duduk memangdang kenangan seakan itu adalah nyata, ku pejamkan mata sejenak. Seperti ada sosok Yoga yang menemaniku duduk disampingku, memanjakanku, semuanya masih terasa begitu hangat, mengenang sebuah kenangan yang sangat dikenang.
Oh terasa ada tangan lembut yang menutupi mataku,
“hei ini siapa ?”
“coba tebak ?”
“YOGA !!”
tangan itu langsung terlepas dari mataku, tiba-tiba orang itu menampakan dirinya .
“Ah Kevin ku kira kamu Yoga ?”jawabku dengan rasa kesal, karena yang datang itu bukan Yoga.
“Ya ga mungkinlah, Yoga kan sudah bahagia di….” Tiba-tiba mulut Kevin berhenti berbicara.
“Bahagia dimana Kevin ? Ayo lanjutkan perkataanmu tadi ! apa maksudmu berkata begitu ?” Deretan pertanyaaan terlontar dari mulutku.
Kevin hanya terdiam.
“Jawab Kevin, jawab, jawab !!” Aku terus mengoceh sambil mengrengek meminta Kevin agar menjelaskan perkataan itu.
“Maksud aku, lupakan sajalah Yoga barangkali dia sudah bahagia disana, dia sendiri juga tak pernah mengabarimu lagi bukan ?”
“Apa maksudmu Kevin, dia janji akan datang padaku, dia tak mungkin berkhianat, dia cowok dewasa yang ga bodoh, pasti semua perkataannya bisa dia pertanggungjawabkan.”
“Neila liatlah disini banyak orang yang menyayangimu, buat apa kau menunggu seseorang yang tak pasti ?“ Bentak Kevin tiba-tiba
Bentakan Kevin membuatku sangat emosi, kenapa dia bisa seperti itu, rasanya dia sangat tidak suka aku menunggu Yoga, aku tau Kevin memang suka padaku, tapi sebelumnya dia tak pernah seperti ini.
Dari tasnya Kevin menyodorkan salah satu benda seperti kertas berbentuk kotak cantik, berwarna coklat dibalut dengan pita pink, layaknya seperti undangan pernikahan saja . sangat cantik, warna coklatnya begitu manis, tambah mengingatkanku pada Yoga, tapi hatiku seperti menolak untuk melihat benda cantik itu.
“Apa itu Kevin ?” tanyaku penasaran
namun Kevin tidak berkata apa-apa hanya menyodorkannya saja kepadaku, lalu ku ambil.
tertuliskan sebuah nama di depan benda cantik itu, tak asing lagi bagiku . Tepatnya di dekat pita berwarna pink.
The wedding
Yoga Hilman Aldiano
And
Rachel Rafa Amandla
Yoga Hilman Aldiano
And
Rachel Rafa Amandla
Melihat benda cantik yang tadi membuatku benar-benar terpesona, kini langsung berubah menjadi kemuakan, aku seperti sedang bermimpi, karena aku tidak mampu dihadapkan dengan kenyataan yang begitu membuat dadaku sesak .
“Apa maksud semua ini Kevin, kamu ingin mempermainkanku, Yoga tak mungkin melakukan ini semua, dia janji akan datang padaku !” Protesku kepada raka sambil menahan tangisku yang akhirnya pecah.
“Yoga mengirimkan undangan ini dari 5 bulan yang lalu, waktu itu aku ingin memberikannya padamu, tapi aku dilarang oleh ibumu, kata ibu cari waktu yang tepat untuk memberitaumu karena pada saat itu kamu sedang Ujian Semester, ibu tidak ingin konsentrasi belajarmu hilang gara-gara ini semua, kamu pasti akan shok.” Jawab Kevin menjelaskan semuanya dengan lancar seperti sudah ia hafalkan sebelumnya.
“Terus kata kamu ini waktu yang tepat, setelah dia menikah, dan aku merasakan sakitku menunggu, dan kini yang aku tunggu, telah melupakanku, kini dia bahagia dengan orang lain, kau kira dengan kau mengatakan sekarang membuatku tidak shok, membuatku terus berkonsentrasi.” aku hanya menangis dan mengoceh.
Kevin terdiam dan aku hanya menangis. Dengan beberapa waktu yang lama kemudian Kevin memeluk pundakku, membawa kepalaku bersandar dibahunya walaupun aku terus merintih dan menangis.
Tiba-tiba Kevin mengeluarkan suara.
“Kau harus liat Neila, dia bukanlah seorang yang dewasa yang kau kira baik, jika dia baik dia takan membuatmu menangis karnanya, dia tak akan membuatmu menunggu tanpa kepastian. Dia hanya mempermainkanmu, bukan aku bermaksud menjelaskan keburukannya, namun kau harus liat siapa orang yang menyayangimu dengan tulus, menunggumu walaupun tanpa kepastian, namun dia hanya akan berfikir kesetiaannya adalah sebuah keputusan. Kau harus liat siapa yang ada disaat kau sedang terpuruk, bukan selalu ada saat kau sedang bahagia, sesungguhnya dialah yang mencintaimu Neila.”
Sepertinya Kevin sedang membandingkan dirinya dengan Yoga, memang benar yang dikatakan Kevin itu adalah perbandingan dirinya dengan Yoga. Namun perasaanku tergoyah hatiku seperti didorong untuk sadar dan membuka hati kepadanya.
“Nei, apakah kau tau perasaanku sekarang ?” Tanya dia tiba-tiba
Sebenarnya aku masih malas menjawab, namun aku berusaha menghargainya.
“Tidak”. Jawabku singkat, karena masih malas berkata-kata.
“Aku sedih melihatmu seperti ini, menangis, merintih, apakah kau benar-benar putus asa ?”
“Benarkah kau sedih?”
Tangan lembut Kevin membaluti tanganku yang gemetaran dan ia berkata,
“Ya Nei, aku benci kamu menangis karena Yoga, lelaki yang telah membuatmu terluka.”
“Apakah kamu senang, jika aku tidak menangis lagi ?”
“Tentu aku senang, aku bahagia karena kau tidak menangisi orang jahat itu Nei.”
“Kenapa kau begitu baik padaku Kevin ?”
“Karena berbuat baik itu sesuatu yang Tuhan sukai, aku ingin Tuhan suka apa yang ku lakukan padamu, menolongmu adalah suatu keinginanku, aku tidak ingin membuat orang yang ku sayang terluka.”
“Aku memang bodoh ya Vin.” Ujar Neila seperti perasaan menyesal.
“Apa maksudku Nei ? kamu mau merendahkan diri atau mau nyindir aku ? jelas-jelas kamu selalu masuk peringkat 3 besar kalo di sekolah, kamu juga sering ikut olimpiade.” Jawab Kevin dengan memotong pembicaraan Neila.
“Ya aku memang tidak bodoh dalam masalah pendidikan, namun aku tidak cukup pintar untuk menyadari siapa yang benar-benar mencintaiku.”
“Maksud kamu Nei ?”
“Aku baru sadar Vin, kalo kamu yang mengerti aku selama ini.”
Hati Kevin benar-benar sangat bahagia disitu, tak menyangka Neila akan berkata begitu.
“Aku senang kau akhirnya sadar akan hal itu Neila, tapi kalo sekalipun kamu belum menyadarinya, kesetiaan ini akan selalu menunggu Nei.”
“Tapi sekarang aku sudah sadar Vin !”
Tak butuh menunggu waktu lebih lama lagi, rasanya Kevin harus benar-benar menyatakan cinta.
“Selama aku menunggu penantianku, aku serahkan semua keputusan kepadamu, karena kamu yang menjadi penentu semuanya, apakan kamu mau bersamaku, membuka lembar kehidupan yang baru, melupakan masa lalumu, menjadi bagian hidupku Neila ?” Alunan kata-kata itu keluar dari mulut Kevin, dia tidak pernah menghafal semua kosa kata itu, namun muncul sendiri di dalam otaknya secara tiba-tiba.
Debaran jantung Kevin lebih kencang, inilah sebuah keputusan akhir akan penantiannya.
“Aku mau Kevin .”
Jawab Neila sambil memeluk bagian tubuh Kevin, tangannya melingkari bagian belakang punggungnya, pelukan pertama yang erat di dasari dengan cinta, pertama kali Kevin rasakan dari seorang Neila Astrid Tania. Hal yang samapun Kevin Albi Sananta lakukan kepada Neila.
Sesungguhnya penantian itu menunggu jawaban atas rasa penasaran yang selalu menghampiri.
capeeek bacanya .. ahahhaha :D
BalasHapusPegel bacanya..
BalasHapustapi kereenn...