Manusia dan keindahan
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan dalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya sama-sama memiliki nilai abadi. Tidak benar berarti tidak indah dan tidak indah berarti tidak benar. Keindahan dan kebenaran selalu berkaitan satu sama lain. Keindahan disini bukan dalam bentuk ilmu tetapi dalam bentuk seni. Keindahan juga bersifat universal. Yang tidak terkait pada selera perseorangan, waktu dan tempat, mode, kedaerahan atau lokal.
Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan bahwa keindahan adalah sesuatu yang tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.
Keindahan dapat dinikmati secara seni dan secara biasa. Keindahan yang didasari dari nilai seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstensi. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Sesuatu yang indah itu dapat memikat orang yang melihat, mendengar. Bentuk diluar diri manusia itu adalah karya budaya yaitu seni lukis, seni suara, seni tari, seni sastra, seni drama atau film atau berupa ciptaan Tuhan yang berupa pemandangan alam, bunga warna-warni dan lain sebagainya.
Apabila kontemplasi dan ekstansi dihubungakn dengan kreativitas maka kontemplasi adalah suatu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan. Sedangkan ekstansi adalah faktor untuk merasakan keindahan.
Faktor pendorong manusia menciptakan keindahan :
1. Tata nilai yang telah usang
2. Kemerosotan zaman
3. Penderitaan manusia
4. Keagungan Tuhan
Dikutip dari : Diktat Kuliah “Ilmu Budaya Dasar”
Karya : Widyo Nugroho dan Achmad Muchji
Penerbit : Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar