Kamis, 10 November 2011

Nyanyian Hujan


 

Gerimis membasahi lapangan basket yang sedari tadi aku pandangi. Ku urungkan niatku untuk segera pulang, aku sangat membenci hujan. Aku benci saat air hujan membasahi tubuhku. Itu sebabnya aku lebih memilih untuk berdiam diri di sebuah gubuk kecil agar aku tak kehujanan. Sebenarnya dulu aku sempat sangat menyukai hujan. Semuanya berubah saat dokter memvonis aku menderita gagal ginjal dan aku harus menjalani pengobatan panjang yang menurutku sangat menyakitkan. Aku menjalani pengobatan pertamaku saat hujan yang sangat ku sukai turun, aku menjalani pengobatan sambil mendengar suara hujan yang sangat ku sukai. Sejak saat itu akumulai  membenci hujan, tiap hujan turun pasti aku sedang menjalani pengobatan yang sangat menyakitkan. Belum lagi aku pernah memergoki kekasihku selingkuh yang lagi2 saat hujan turun. Itu sebabnyaku membenci hujan, karena hujan selalu mengingatkanku pada rasa sakit.
Aku memperhatikan sekelilingku, hanya ada aku di taman komplek perumahan tempatku tinggal. Aku selalu pergi ke sini tiap kali aku merasa lelah melawan penyakitku. Biasanya aku hanya sendiri di sini, tapi tidak kali ini, aku melihat ada sesosok laki2 di bawah pohon dekat tempatku berteduh. Aku perhatikan sosok itu, aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat, entah dimana. Sosok itu tiba2 menoleh ke arahku sehingga aku bisa dengan jelas melihat wajahnya, dia Adrian, teman sekelasku di kampus. Sepertinya Adrian menyadari keberadaanku, Adrian mendekatiku dan duduk di sebelahku. Aku tidak terlalu memperdulikan Adrian,aku tetap pada aktivitasku memandangi lapangan basket di hadapanku. Dulu aku sangat suka bermain basket, hingga aku tak bisa lagi bermain basket karena kondisiku yang semakin menurun. Dokter memperkirakan aku hanya mampu bertahan 3 bulan bila aku tidak segera menemukan donor ginjal yang tepat untukku. Aku sudah lelah berharap menemukan donor ginjal yang cocok untukku, sudah hampir setahun aku menunggu donor yang cocok untukku tapi sampai saat ini masih belum ada donor yang benar2 cocok untukku.
Aku merasa Adrian sedang memperhatikanku, “ngapain lo ngliatin gue?” kataku ketus pada Adrian yang sedang melihatku, entah apa yang dilihatnya. “ternyata lo cantik juga” jawab Adrian tanpa mengalihkan pandangannya. Aku membuang muka dan lebih memilih tidak memperdulikan lelaki di sebelahku ini. Aku tidak mau termakan rayuan gombal lelaki manapun. “ko lo cemberut mulu sih? Senyum deh, pasti tambah cantik.” Seketika aku menoleh kea rah lelaki di sebelahku, aku diam tak menjawab, hanya menatapnya tajam. “kalo lagi marah manis juga.” Kata2 Adrian membuatku tak percaya, aku hanya memaki dalam hati dan memutuskan untuk berlari saja kerumahku, meskipun aku tau apa akibatnya kalau aku memaksakan diri berlari di tengah hujan deras seperti ini. “Melly, woy Melly, gue minta nomer hape lo dong, jangan kabur dulu ngapa” sayup2 aku mendengar Adrian meneriakiku, tapi aku tak menghiraukannya dan terus berlari.
                                --------------------------------------------------------------------------------------


10 menit aku berlari, begitu masuk kerumah aku langsung naik menuju kamarku tanpa menghiraukan bunda dan ayahku yang memanggilku di ruang tamu tadi. Aku segera masuk ke kamarku, naik ke tempat tidurku dan menarik selimut agar aku tak menggigil kedinginan. Bundaku tiba2 masuk ke kamarku, mengelus kepalaku dan berkata “ko hujan2nan Mel? Kenapa ngga telepon kerumah? Kan bunda bisa jemput kamu di taman komplek.” Aku hanya diam tak menjawab, aku naya minta di ambilkan air putih hangat agar badanku tak kedinginan. Saat bundaku keluar untuk mengambil air putih aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaianku yang basah. Setelahnya aku naik ke tempat tidur dan berbaring, bundaku datang membawakanku segelas air putih hangat,setelah meminumnya bundaku mengelus kepalaku yang kini ada di pangkuannya. “Mel,nanti malem jadi kan kamu mau cuci darah?” seketika aku  mual mendengar ucapan bundaku. “hemm, ngga bisa minggu depan aja ya bun? Aku ada quiz besok, udah kebanyakan bolos kuliah gara2 berobat.” Aku berusaha membujuk bundaku agar mau mengundur jadwal cuci darahku. “Tapi kan Mel,” “Bun, aku kuat ko. Aku Cuma perlu istirahat malem ini.” Aku memotong ucapan bundaku dengan cepat. Kulihat bundaku menhela nafas panjang, aku tau bundaku lelah membujukku, dan aku yakin bundaku tak akan memaksaku berobat karena itu akan sia2 saja. Aku sudah bertekad menyerahkan semuanya pada Tuhan, biar Tuhan yang menentukan jalan hidupku. Aku hanya ingin menikmati sisa hidupku sebagai mahasiswi biasa dengan teman2ku. Bundaku akhirnya memilih untuk meninggalkan aku di kamarku, aku tau bundaku pasti ingin menangis di kamarnya, yah sejak bunda mengetahui penyakitku, bunda memang sering menangis. Aku tak pernah tega melihat bundaku menangis, makanya aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Setelah ku pastikan bunda sudah masuk ke kamarnya, aku memutuskan untuk segera tidur untuk mempersiapkan kondisi tubuhku untuk kuliah besok pagi. Sebelum tidur aku selalu berdoa, dan doaku selalu sama setiap harinya.
                “Tuhan, Ijinkan aku melihat hari esok, jangan Kau panggil aku sebelum aku bisa membahagiakan ayah dan bundaku.”

                                ------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku terbangun mendengar adzan subuh, aku membuka mataku dan bersyukur pada Tuhanku.
                “Tuhan, terimakasih Kau masih mengijinkanku mendengar adzan subuh, semoga hari ini aku bisa membuat orang2 di sekitarku tersenyum”
Aku bangkit  untuk mengambil air wudhu dan memanggil ayah dan bundaku untuk sholat subuh berjamaah. Selesai sholat aku ke dapur untuk membantu bundaku menyiapkan sarapan. Seperti biasa setelah sarapan aku akan bersiap2 pergi kuliah.


Aku suka pergi kuliah, karena tak ada seorangpun yang tahu tentang penyakitku, jadi aku bebas melakukan apapun yang ku mau tanpa harus takut ada yang mengkhawatirkan atau mengasihani keadaanku. “Mel, udah ngerjain tugas akuntansi kan? Gue liat dong.” Rimbi, sahabatku sejak masuk universitas mengagetkanku. “ udah ko mbi, ada di binder gue, lo tau tempatnya kan?” jawabku santai sambil mengutak atik hapeku. “ tau ko, makasih yaa Melly sayang.” Rimbi mencium pipiku, aku hanya tersenyum sambil mengelus2 pipiku. Awalnya aku sedikit kaget dengan kebiasaan teman dekatku ini. Tapi lama2 aku terbiasa, memang itulah Rimbi, selalu ceria.
Adrian datang dengan tampang kusut, dia langsung duduk di sebelahku dan mengambil sebelah hedsetku sambil berkata “lagi dengerin apa mel?” aku tak bergerak dari tempat dudukku dan menjawab singkat pertanyaan Adrian, “Secondhand”. Adrian menguap dan menyandarkan kepalanya di pundakku yang membuatku kaget, “apa apaan sih dri?” kataku sambil menyingkirkan kepala Adrian dari pundakku. Adrian hanya tersenyum penuh arti ke arahku lalu menunduk. Tiba2 Adrian mengangkat kepalanya dan menarik tanganku keluar kelas. “ mau kemana dri?” tanyaku tanpa mencoba melepaskan tangan Adrian, aku tau sia2 saja mencoba karena tenagaku tak akan cukup melepaskan genggaman tangannya. Andrian hanya diam dan menyuruhku masuk kedalam mobilnya. Lagi2 aku hanya diam tak melawan karena aku tau semuanya akan sia2. Aku memperhatikan jelan, aku seperti mengenal jalan ini, ini jalan menuju taman komplek perumahanku, tempat dimana ada lapangan basket favoritku. “mau ngapain kesini dri?” tanyaku pada Adrian satelah sampai di lapangan basket. “gue suka sama lo Mel, gua sayang sama lo, emang lo ngga nyadar apa gue tinggal di seberang rumah lo? Lo ngga nyadar gue sering merhatiin lo?” aku terkejut mendengar pengakuan Adrian. Aku hanya bisa diam tidak menjawab, bukannya aku tidak tau, aku tau tapi aku lebih memilih diam. Aku tak mau Adrian mengetahui tentang keadaanku saat ini. “ maaf gue tiba2 bilang gini ke lo, abis lo pendiem banget sih, lo kaya ngga anggep gue ada, kemaren aja pas ujan lo tiba2 lari gitu aja.padahal kan gue mau ngobrol sama lo Mel.” Aku hanya diam mendengar Adrian, gerimis mulai turun membasahi lapangan basket tempatku dan Adrian berdiri. Aku meminta Adrian agar segera mengantarku ke kampus, aku tak mau kehujanan, aku benci hujan. “ dri, maaf bukannya gue sombong atau mau nghindarin lo,tapi gue Cuma mau bertemen aja ngga lebih. Anter gue ke kampus dri,gue mohon.” Ucapku penuh harap pada Adrian. Aku tau aku pasti sudah menyakiti hatinya. Kulihat Adrian menatapku dan tersenyum “ gpp ko mel, gue seneng walau Cuma jadi temen, gue harap gue bisa jadi temen terdekat lo” aku balas tersenyum pada Adrian dan tiba2 kepala dan ginjalku terasa sangat sakit. Terasa hidungku mengeluarkan cairan yang aku sangat yakin sekali itu darah. Dunia serasa berputar dan aku tak ingat apa2 lagi.
Aku terbangun mendengar suara bundaku mengaji, aku membuka mata dan memperhatikan sekelilingku, rumah sakit ternyata. Ayahku sedang tertidur di sofa, dan di sebelahku ada sesosok laki2. Aku memperhatikan laki2 itu, dia Adrian dan sedang tertidur. Kepalaku masih sangat sakit, seluruh badanku terasa kaku. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi, aku pingsan di lapangan basket saat hujan turun. Betapa aku makin membenci hujan. Adrian bergerak, kulihat wajahnya sangat lelah dan matanya sembab. Apa Adrian sudah tau tentang keadaanku? Aku bertanya2 dalam hati. “tante, Melly udah sadar.” Adrian setengah berteriak membuat bunda dan ayahku terkejut. Ayah dan bundaku langsung menghampiriku untuk memastikan keadaanku. Kulihat bundaku menangis. Dalam hati aku berdoa pada Tuhanku.
                “Tuhan, mengapa Kau biarkan aku membuat orang2 di sekitarku bersedih? Aku hanya ingin melihat mereka tersenyum Tuhan.”
“Kamu udah 3 hari koma Mel, bunda takut kehilangan kamu.” Kata2 bundaku membuatku terkejut, aku sudah 3 hari koma? Lama sekali. “Adrian selalu disini nunggu kamu, kamu mau yaa berobat lagi, demi bunda Mel.” Kata2 bundaku membuatku terharu, aku sudah mnyusahkan bunda dan ayahku. “maafin melly bun, Melly janji ngga bikin bunda khawatir lagi, makasih yaa dri udah jagain gue.” Kataku lirih, aku mencoba menggerakkan tanganku untuk mengeggem tangan bundaku. “Bun, melly mau jalan2 ke taman sama Adrian, boleh yah?” pintaku pada bundaku. Bundaku mengiyakan permintaanku, aku lalu duduk di kursi roda yang di dorong oleh Adrian. Kulihat langit mendung, pasti sebentar lagi hujan. “dulu aku suka banget sama hujan, tapi sejak aku tau aku sakit, aku benci hujan, hujan mengingatkanku akan rasa sakit.” Aku mulai berbicara pada Adrian, Adrian mendengarkanku sambil mengelus pundakku. “ tapi setelah kamu bilang kamu sayang aku, aku kayanya mulai suka hujan deh, makasih yah dri udah sayang sama aku.” Aku mengenggam tangan Adrian di pundakku, kulihat Adrian tersenyum manis sekali.” Nanti kamu liat buku catatanku ya dri, itu buat kamu.” Kataku lagi, kurasakan kakiku dingin dan perlahan aku tak dapat merasakan kakiku, dinginnya mulai naik ke seluruh badanku. Adrian sepertinya menyadari aku memucat dan menggigil kedinginan. “ kita masuk aja yah Mel,kamu harus istirahat.” Kata Adrian sambil mendorong kursi rodaku. Aku segera mencegahnya “jangan dri, aku mau lihat hujan sama kamu.” Pintaku dengan wajah memelas. Kulihat Adrian bimbang, aku tak memperdulikannya. “hujan itu kaya kamu dri, sejuk dan membawa kahidupan, khususnya buat aku.”  Kurasakan gerimis mulai turun. “kita masuk yah Mel, gerimis nih, aku ngga mau kamu kenapa2.” Adrian membujukku, aku menggeleng, “ bentar lagi dri, aku mohon.” Adrian terlihat sangat khawatir dengan keadaanku, tapi aku ingin menikmati hujan ini bersama Adrian, orang yang sejak lama ku cintai. Kurasakan tanganku mulai mati rasa, mataku terasa berat sekali, aku ingin istirahat, aku sudah sangat lelah. Akhrinya aku putuskan untuk menutup mataku di tengah hujan dan di samping Adrian.

                                -------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Harian Melly…
January 2010,
Tetangga baru itu siapa yaa? Ganteng banget deh, dia suka main basket juga di taman komplek, jadi makin seneg ke taman komplek ngliatin dia maen basket.

February 2010,
Ternyata namanya Adrian, dia masuk kelas yang sama denganku di semester ini, semoga bisa deket sama Adrian J

Maret 2010,
Diary, dokter bilang aku gagal ginjal aku udah ngga bisa maen basket lagi, aku ngga bisa hujan2n lagi, diary aku ngga tega liat bundaku sedih, belakangan ini Adrian mulai mau merhatiin aku, tapi kayanya aku mundur aja deh. Aku tau aku ngga akan bisa bahagiain Adrian L. Kuatkan aku Tuhan…


Desember 2010,
Akhir tahun ini aku harus cuci darah lagi L, aku cape kaya gini. Kata dokter aku Cuma bisa bertahan 3 bulan diary, aku sekarang Cuma bisa liatin Adrian maen basket secara diam2, ngga bisa kaya dulu lagi L aku harus gimana?

January 2011,
Adrian tadi ngeliatin aku di lapangan basket, sumpah aku malu banget, makanya aku lari pulang kerumah L. Maaf yaa dri, aku ngga maksud ngjauhin kamu.

Adrian menutup buku catatan Melly, gadis yang sangat di cintainya, Adrian tak menyangka Melly sudah lama mencintainya, hari ini tepat 1 tahun sejak kematian Melly. Adrian masih belum bisa melupakan Melly dan senyumannya. Hari itu hujan, hujan yang sangat di sukai Melly. Adrian melangkah meninggalkan makam Melly untuk pergi ke lapangan basket di taman komplek. Adrian membiarkan tubuhnya basah terkena air hujan.
                “Tuhan, jaga kekasihku Melly di sana, katakana padanya aku akan selalu mencintainya, akku selalu mengingatnya, terimakasih Tuhan telah pertemukan aku dengan Melly, Putri Hujanku.”

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar