Lingkungan itu hebat ya?
Lingkungan bisa mengubah orang yang –bahkan- sangat teguh pendirianya. Dulu sekali, sahabatku terpengaruh lingkungan sekitar hingga berbalik memusuhiku. Ibuku, kakak perempuanku, juga berubah drastis karena pengaruh lingkungan. Kini ayahku juga berubah karena lingkungan. Ya memang sedikit membawa pengaruh baik, tapi menurutku jauh lebih membawa pengaruh buruk. Inikah yang di sebut labil? Aku tak tau dan tak pernah tau.
Dulu ibuku tidak memakai jilbab, aku akui lingkingan membawa perubahan baik untuk ibuku. Kini ibuku berjilbab. Pengaruh yang baik bukan? Seakan tak puas disitu, lingkungan juga membawa pengaruh buruk untuk ibuku. Dulu waktu aku masih kecil, aku masih ingat, ibuku adalah pribadi yang sangat hangat dan sangat lembut. Ibuku bahkan lebih suka menangis untuk melampiaskan emosinya dariada harus marah dan bicara kasar. Ibuku tak pernah bicara kasar padaku. Tapi lagi-lagi karena lingkungan, kini ibuku tak jarang bicara kasar. Aku muak mendengar ibuku berbicara dengan keras dan kasar. Terutama jika di depan adik dan keponakanku. Bagaimana kepribadian mereka bisa berkembang baik jika di tanamkan sifat kasar seperti itu? benar-benar tak habis pikir. Sejak kapan ibuku jadi seperti ini?
Kakak perempuanku, tadinya dia adalah sosok idolaku. Dia cantik, pintar, rajin beribadah, mampu berhemat dan sangat bertanggung jawab. Setelah memasuki dunia kerja, kakakku seperti berubah. Dia jadi sosok yang sangat menyebalkan. Dia jaddi sering berbohong pada ibuku, seperti bermuka dua di mataku. Di depan orang tuaku dia sangat sopan, dan terlihat sangat dewasa. Tapi di belakang, kakak perempuanku ini sangat boros, sangat labil dan sama sekali tidak mencerminkan sikap dewasa dalam dirinya. Keadaan semakin parah setelah kakakku menikah. Dia jadi jauh lebih menyebalkan dari siapa pun yang pernah ku temui. Inikah pengaruh hebat lingkungan?
Ayahku, aku menganalnya sebagai pribadi yang perpendirian sangat teguh. Seperti pahlawan di mataku. Ayahku mampu berhenti merokok. Mampu membiayai sekolahku hingga ke perguruan tinggi. Mampu memenuhi kebutuhanku dan adikku tanpa kekurangan sedikitpun. Aku bangga memiliki ayah seperti dia. Tapi, belakangan ini ayahku sedang dipusingkan oleh masalah-masalah hidupnya. Aku memang tak begitu mengerti. Tapi aku tau bahwa yang di tanggung oleh ayahku bukan masalah sepele. Ayahku bahkan merokok lagi dengan alasan untuk sedikit meringankan pikirannya. Ayah, maafkan aku yang hingga saat ini tak mampu membahagiakanmu. Aku hanya mampu menambah bebanmu. Maafkan anakmu ini.
Itulah lingkungan. Sedangkan aku? Aku tak ingin menjadi buruk karena lingkungan. Aku tau kemungkinan aku berubah menjadi buruk karena lingkungan sangat besar. Tapi aku harap aku tak akan pernah terjerumus ke dalamnya.
Seperti dia, entah ini pengaruh lingkunga atau kemauannya sendiri. Tapi dia menjadi sosok paling menyebalkan saak ini. Buatku muak dan kesal. Aku tak tau apa yang dipikirkannya. Tapi dia selalu saja melakukan sesuatu yang aku tak suka. Entah hanya firasatku atau apa. Tapi aku rasa dia berusaha menjadi sosok yang aku benci. Aku benci dia mengabaikanku, aku benci semua sikapnya yang seakan tak peduli padaku. Dan itu selalu berulang di hari jum’at atau sabtu. That’s cause I really hate fucking Saturday.
Untuk dia, bisakah berhenti membuatku kesal? Bisakah hargai sedikit saja perasaanku? Bisakah berhenti menjadi sosok MENYEBALKAN? Kesabaranku ada batasannya. Jujur saja aku lelah mengerti sikapmu yang selalu saja buatku kesal. Bisakah lakukan itu untukku? Kau sempat memenuhi permintaanku untuk tak pernah berubah bukan? Bisa tepati janjimu? Aku lelah menghadapi sikapmu.
Mungkin dia tak akan membaca tulisanku ini. Semoga saja, dia sadar atas apa yang sudah dia lakukan.
-D.R.A-